“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.”
Selama Ramadan, kalimat itu kami ucapkan paling tidak 30 kali dalam 24 jam.
Nasi putih persediaan makan sahur esok hari tinggal beberapa piring.
Tetapi karena izin dan perkenan-Mu, perut anak istri kami akan belajar, bagaimana mensyukuri nikmat-Mu sekecil apa pun.
Bersama sepiring nasi dan gudeg daun singkon yang kami petik dari kebun belakang rumah, cukup mewarnai meja makan kami.
Sahur hari berikutnya pasti berbeda. Sayur ontel pisang sebagai pengganti karbohidrat, sementara nasi putih bila kami masih bisa jumpai, akan menjadi lauk sederhana.
Ini makna ujian sulit yang Engkau janjikan untuk menakar kesetiaan kami pada jalan mendaki.
Saat berbuka, kami tidak pernah menunggu kenyang. Itu teladan Utusan serta Kekasih-Mu Muhammad SAW.
Kami masih Engkau lebihi, sementara Rasulullah hanya burbuka dengan tiga butir anggur atau kurma.
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.”
Cukupkanlah puasa kami hingga bilangan ke 30, meski dalam keterbatasan yang Engkau batasi.
Putat 2 Mei 2020 (buat kaum buruh sedunia)
Bambang Wahyu Widayadi