Hujan Lebat Akibatkan Talud Longsor Menimpa Rumah Warga Lingkungan Kelurahan Pelem Kecamatan Jatisrono Wonogiri

  • Whatsapp

WONOGIRI, JATENG-MEDIA ONLINENEWS.ID//Kabupaten Wonogiri kerap dihadapkan pada bencana hidrometeorologi terutama tanah longsor saat musim hujan seperti yang mulai terjadi sejak pertengahan Oktober 2025 ini. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mengeluarkan pemberitahuan kesiapsiagaan bencana guna meminimalisasi dampak saat terjadi bencana tersebut.

Akibat hujan deras sebuah rumah Hartono warga di Lingkungan Kelurahan Pelem ,Kecamatan Jatisrono,Wonogiri terkena dampak talud tetangga sebelah longsor yang mengakibatkan rumah warga rusak parah pada Minggu(23/11/2025) pukul 16 .00 WIB.

Muat Lebih

Atas kejadian itu warga masyarakat terlibat dalam kegiatan evakuasi pembersihan puing-puing material yang di bantu oleh lapisan relawan desa dan relawan Keduang Kecamatan Jatisrono serta TNI -POLRI . Kerugian yang harus di tanggung atas kejadian talud longsor tersebut mencapai ratusan juta rupiah .

Sebelumnya Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Fuad Wahyu Pratama, mengatakan saat musim hujan, Kabupaten Wonogiri menjadi daerah yang masuk zona merah bencana. Artinya bencana hidrometeorologi rentan terjadi di daerah ini mulai dari bencana tanah longsor, banjir, hingga angin puting beliung.

“Ancaman bencana paling tinggi potensinya terjadi di Wonogiri itu tanah longsor saat musim hujan seperti sekarang ini,” kata Fuad .

Dia menyebut Pemkab Wonogiri sudah mengeluarkan surat edaran kesiapsiagaan bencana untuk menghadapi musim hujan tahun ini. Dalam surat edaran itu semua pihak mulai dari pemerintah hingga masyarakat di tingkat desa diimbau untuk menyiapkan diri menghadapi ancaman bencana longsor, banjir, angin kencang, dan berbagai penyakit yang kerap muncul saat musim hujan.

Sebaran Bencana di Kecamatan
Bencana tanah longsor paling banyak terjadi di wilayah Wonogiri timur seperti Kecamatan Tirtomoyo, Karangtengah, dan Jatiroto. Sementara angin kencang relatif rentan terjadi di semua wilayah kecamatan di Wonogiri yang bisa menimbulkan pohon tumbang dan kerusakan permukiman.

Untuk bencana banjir biasanya terjadi di wilayah selat Wonogiri seperti Pracimantoro, Paranggupito, dan Giritontro. Banjir di daerah itu umumnya disebabkan saluran air tersumbat. Wilayah Wonogiri selatan banyak terdapat luweng atau drainase alami karena merupakan daerah karst. Luweng-luweng yang tersumbat itulah yang sering menyebabkan banjir.

​Menurut Fuad, bentuk kesiapsiagaan yang dapat dilakukan warga antara lain menggelar kerja bakti untuk membersihkan saluran air, got, selokan, dan drainase dari sampah, endapan lumpur, atau material lain yang dapat menghambat aliran air dan menyebabkan genangan atau banjir.

Memangkas ranting pohon yang sudah rimbun dan rapuh di sekitar rumah atau jalur yang sering dilewati juga perlu dilakukan untuk mengurangi risiko pohon tumbang akibat angin kencang.

“​Bagi yang tinggal di daerah rawan longsor, waspada terhadap pergerakan tanah dan segera laporkan kepada aparat setempat jika terdapat retakan pada tanah atau bangunan,”pungkas Fuad.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Wonogiri Sri Maryati menambahkan, BPBD Wonogiri mulai memasang alat alat peringatan dini atau early warning system (EWS) tanah longsor dan banjir di beberapa wilayah rawan bencana untuk menghadapi musim hujan ini.

“Kami menggalakkan edukasi bencana melalui media sosial dan sosialisasi secara langsung. Penguatan relawan dan pentahelix juga dilakukan. Selain itu selalu berkoordinasi secara aktif dengan pihak terkait untuk penanggulangan bencana,” ujar Sri Maryati.

(Sgno2t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *