Tokoh Lhokseumawe–Aceh Utara Ali Quba: “Pemimpin Harus Dekat Dan Merangkul Rakyat “

  • Whatsapp

LHOKSEUMAWE, ACEH – MEDIA ONLINENEWS.IDTokoh masyarakat Lhokseumawe–Aceh Utara, Ali Quba, menilai perbedaan sikap antara Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah (Dek Fadh) dan Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, mencerminkan dua pendekatan kepemimpinan yang sangat berbeda dalam menghadapi isu kendaraan berpelat luar.

Baru-baru ini, Bobby mengeluarkan edaran bernada tegas dan dinilai sebagian kalangan arogan, yang mewajibkan pemilik kendaraan pelat luar untuk segera melakukan mutasi ke pelat BK (Sumut). Edaran tersebut disertai ancaman sanksi dan penertiban lapangan, memicu reaksi keras terutama dari masyarakat perbatasan yang merasa belum siap.

Muat Lebih

Sebaliknya, Wagub Aceh memilih pendekatan berbeda. Dalam momen viral di Gunung Geurutee, Aceh Jaya, Dek Fadh menghampiri sopir truk berpelat BA dan BK, berdialog santai, dan bahkan memberi “uang makan” ratusan ribu rupiah, tanpa ada nada mengancam. Tindakan spontan tersebut menuai banyak tanggapan positif di media sosial, dianggap sebagai bentuk kepedulian dan pendekatan hati ke hati terhadap masyarakat kecil.

“Wagub Aceh menunjukkan akhlak kepemimpinan rakyat Aceh yang sesungguhnya—terbuka, rendah hati, dan tidak arogan. Ini sangat berbeda dengan gaya instruksi top-down yang ditunjukkan Gubsu,” ujar Ali Quba, Sabtu (4/10/2025).

Menurutnya, dalam konteks sosial Aceh, pendekatan seperti yang ditunjukkan Wagub jauh lebih diterima masyarakat. Ali Quba menilai pemimpin yang merangkul rakyat kecil akan mendapatkan kepercayaan publik yang lebih kuat dibandingkan pemimpin yang hanya menakuti dengan edaran dan sanksi.

“Kebijakan boleh tegas, tapi cara menyampaikannya juga penting. Jangan arogan. Dek Fadh menunjukkan cara pemimpin Aceh: tidak berjarak dengan rakyat, bahkan dengan sopir truk sekalipun,” tegasnya.

Ali Quba menambahkan, tindakan Wagub ini bukan berarti menolak penertiban, melainkan memberikan contoh bahwa penegakan aturan juga bisa dilakukan dengan pendekatan kultural dan humanis.

“Kalau Gubsu terkesan main perintah dan sanksi, Wagub Aceh justru membangun komunikasi langsung. Ini dua gaya kepemimpinan yang sangat kontras,” pungkasnya.

Ade/ Pdtry

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *