Catatan dari Lapangan: Ketika Suara Rakyat Bergerak dalam Kedamaian

  • Whatsapp

PALU, SUTENG – MEDIA ONLINENEWS.ID//Rabu (03/09/2025). Di tengah kekhawatiran dan ketegangan yang melanda berbagai daerah, Kota Palu membuktikan bahwa aspirasi rakyat dapat disampaikan dengan bermartabat
Senin pagi itu, udara Palu terasa berbeda. Ribuan langkah kaki bergetar Gedung DPRD Provinsi Sulteng, Jl.Sam Ratulangi , membawa harapan dan tuntutan yang telah lama terpendam. Yang mengagumkan, mereka bergerak dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab sebagai warga negara, Senin (01/09/2025).
Pukul 09.00 Wita, massa mulai berkumpul. Mahasiswa dari berbagai universitas, serta elemen masyarakat disatukan oleh satu semangat: menyuarakan kebenaran melalui cara yang beradab.
“Kami datang bukan untuk mencari keributan,” kata salah satu koordinator aksi. Kalimat sederhana itu mencerminkan kematangan berpikir generasi muda Sulteng yang memahami bahwa perubahan sejati lahir dari dialog, bukan dari chaos.
Sembilan tuntutan nasional dan empat isu daerah mereka sampaikan dengan terstruktur. Mulai dari penolakan terhadap tindakan represif hingga evaluasi program-program pemerintah daerah. Setiap poin disampaikan dengan data dan argumen yang matang, menunjukkan bahwa ini bukan sekadar aksi emosional belaka.
Yang patut diacungi jempol, seluruh proses berlangsung dalam koridor hukum yang berlaku. Tidak ada provokasi, tidak ada kekerasan, tidak ada upaya merusak fasilitas publik. Mereka membuktikan bahwa generasi muda Indonesia mampu berpolitik dengan santun.
Di sisi lain, respons aparat keamanan juga layak mendapat apresiasi. Sebanyak 1.273 personel gabungan yang terdiri dari Polri, TNI, Satpol PP, dan Damkar tidak menunjukkan sikap represif. Mereka hadir sebagai pelindung, bukan sebagai ancaman. Pendekatan humanis yang diterapkan menciptakan atmosfer dialogis, bukan konfrontatif.
Berbagai Apresiasi kepada seluruh peserta aksi yang telah menyampaikan aspirasinya secara dewasa dan damai datang dari pernyataan Gubernur Anwar Hafid, KapodaSulTengt-Irjend Pol Agus Nugroho, Kapolresta Palu-Kombes Pol. Deny Abraham, Kapolres Sigi-AKBP Kari Amsa Ritonga, serta tokoh masyarakat lainnya. Pernyataan ini bukan sekadar basa-basi, melainkan pengakuan tulus terhadap kedewasaan politik masyarakat Sulteng.
Koordinasi yang terjadi antara berbagai pihak menjadi kunci sukses aksi ini. Tokoh masyarakat memberikan himbauan bijak, peserta aksi menjaga disiplin internal, dan pemangku kepentingan membuka ruang dialog. Sinergi ini melahirkan sebuah model ideal bagaimana demokrasi seharusnya berjalan.
Ketika senja tiba dan aksi berakhir pukul 17.00 Wita, tidak ada satupun fasilitas umum yang rusak. Tidak ada korban jiwa. Yang tersisa hanyalah jejak-jejak harapan bahwa perubahan bisa terjadi tanpa harus mengorbankan kemanusiaan.
Malam sebelumnya,Minggu (31/08/2025) kekhawatiran memang menyelimuti Kota Palu. Mengingat berbagai insiden yang terjadi di daerah lain, wajar jika muncul kecemasan. Namun, apa yang terjadi di Sulteng membuktikan bahwa ketakutan tidak selalu menjadi kenyataan. Kadang, justru dari kegelisahan itulah lahir kesadaran untuk berbuat lebih baik.
Bukti nyata bahwa situasi tetap kondusif terlihat dari berbagai aktivitas lain yang berjalan normal di sekitar lokasi. Tidak jauh dari Gedung DPRD, upacara tradisi militer penyambutan Pangdam baru sekaligus Pangdam pertama Kodam XXIII/Palaka Wira berlangsung dengan khidmat dan tertib. Kedua kegiatan besar ini berjalan berdampingan tanpa saling mengganggu, menunjukkan tingkat kedewasaan dan koordinasi yang luar biasa dari semua pihak.
Yang menarik, aksi ini justru membawa berkah bagi sebagian masyarakat. Para pedagang kecil makanan dan minuman di sekitar lokasi mengalami lonjakan penjualan yang signifikan. Mereka yang biasanya melayani pegawai kantor dan pengunjung biasa, kini kebanjiran pembeli dari peserta aksi yang membutuhkan konsumsi selama berjam-jam berada di lokasi.
Pemandangan unik lainnya adalah antusiasme peserta dan awak media dalam mengabadikan momen bersejarah ini. Foto selfie bertebaran di media sosial, menunjukkan wajah-wajah ceria yang jauh dari kesan tegang atau marah. Yang paling mencuri perhatian adalah foto bersama di depan kendaraan water cannon polisi dalam suasana canda dan tawa, seolah-olah semua pihak sedang merayakan pesta demokrasi.
Interaksi hangat antara peserta aksi dengan aparat keamanan ini menjadi bukti bahwa perbedaan peran tidak harus berujung pada permusuhan. Mereka saling memahami tugas dan fungsi masing-masing dalam konteks demokrasi yang sehat.
Kini, aktivitas normal telah kembali. Lalu lintas lancar, kehidupan berjalan seperti biasa. Namun, sesuatu telah berubah. Vox Populi VoxDei -Suara Rakya adalah Suara Tuhan, namun dibalik itu ada catatan baru dalam sejarah demokrasi Sulteng: bahwa suara rakyat bisa bergema tanpa harus menghancurkan(Destruktif-Anarkis).

Muat Lebih

Aksi damai ini tidak hanya menyampaikan aspirasi, tetapi juga memberikan pelajaran berharga. Bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan menyuarakan kebenaran dengan cara yang beradab. Bahwa perubahan tidak selalu lahir dari kekacauan, melainkan dari kesadaran kolektif yang terorganisir dengan baik.
Di tengah hiruk pikuk politik nasional yang sering diwarnai polarisasi,bahkam friksi; Sulteng memberikan secercah harapan. Mereka membuktikan bahwa Indonesia masih memiliki generasi yang mampu berpikir jernih, bergerak tertib, dan bermimpi dengan kaki yang tetap menginjak bumi.Rif
*_Dari pengamatan lapangan di Palu, 2 September 2025.Sumber Foto: Pribadi dan berbagai sumber._*

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *