SIGI, SULTENG – OnlineNews Id.//Suasana pagi yang lengang di persimpangan Jalan Guru Tua, Kalukubula, berubah menjadi arena pembelajaran hidup ketika petugas Satuan Lalu Lintas Polres Sigi melangsungkan operasi penertiban pada Rabu (23/07/2025). Dalam rentang waktu satu jam, mulai pukul 09.00 hingga 10.00 WITA, operasi yang dipimpin KBO Satlantas Polres Sigi, Inspektur Polisi Dua Sunardi, ini menampilkan paradigma baru dalam penegakan disiplin berlalu lintas.
Yang membedakan operasi kali ini bukanlah sekadar jumlah pelanggaran yang berhasil dijaring, melainkan pendekatan yang diterapkan. Personel kepolisian tampak mengedepankan aspek sosiologis kultural masyarakat Kabupaten Sigi dalam setiap interaksi dengan pengguna jalan yang melanggar ketentuan.
Para pengendara sepeda motor yang terjaring karena tidak mengenakan helm standar, menggunakan kendaraan tanpa spion, atau melenggang dengan kondisi kendaraan yang tidak layak jalan, mendapat perlakuan yang berbeda dari operasi-operasi sebelumnya. Alih-alih dihadapkan pada sanksi yang kaku, mereka justru diajak berdialog dengan pendekatan yang santun dan mudah dipahami.
“Kami tidak sekadar menilang, tetapi berusaha membangun kesadaran melalui komunikasi yang memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat,” ungkap Ipda Sunardi kepada awak media yang hadir menyaksikan jalannya operasi.
Pendekatan serupa juga diterapkan terhadap pengendara kendaraan roda empat atau lebih yang kedapatan melanggar. Mulai dari pengemudi yang tidak menggunakan sabuk pengaman, pemilik kendaraan barang yang mengangkut penumpang secara ilegal, hingga kendaraan dengan muatan berlebih yang membahayakan keselamatan, semuanya ditangani melalui komunikasi persuasif yang menghormati nilai-nilai sosial masyarakat.
Strategi ini tampaknya membuahkan hasil yang menggembirakan. Sepanjang sepuluh hari berjalannya Operasi Patuh Tinombala 2025, tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya tertib berlalu lintas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Para pelanggar tidak lagi menunjukkan sikap resistif, melainkan justru menerima dan memahami kesalahan yang mereka lakukan.
Ipda Sunardi menegaskan bahwa filosofi operasi yang mengintegrasikan faktor kultur sosial ini membawa manfaat berlipat. Pertama, meminimalisir resistensi masyarakat yang kerap muncul ketika penegakan hukum dilakukan secara kaku tanpa mempertimbangkan aspek sosiologis. Kedua, meningkatkan efektivitas dalam menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya mematuhi aturan lalu lintas.
Lebih jauh, pendekatan ini juga berperan dalam mencegah praktik diskriminasi yang mungkin timbul jika penegakan hukum tidak memperhatikan keberagaman sosial masyarakat. Yang tak kalah penting, metode ini terbukti mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum.
Operasi yang berlangsung dalam suasana aman dan terkendali ini menjadi bukti bahwa penegakan hukum tidak harus selalu identik dengan pendekatan represif. Dengan memahami dan menghormati dinamika sosial budaya masyarakat, aparat dapat menciptakan sinergi positif dalam mewujudkan ketertiban lalu lintas yang berkelanjutan.Hal inilah yang senantiasa digaungkan Kapolres Sigi-AKBP Kari Amsa Ritonga, kepada jajarannya,agar bagaimana wajah Polres Sigi menjadi institusi yang dapat memenangkan hati masyarakat lewat impementasi dedikasi tulus iklas di lapangan.
Keberhasilan pendekatan kultural dalam Operasi Patuh Tinombala ini diharapkan dapat menjadi model bagi operasi-operasi serupa di masa mendatang, tidak hanya di Kabupaten Sigi, tetapi juga di wilayah lain yang memiliki karakteristik sosial budaya yang beragam.(Rif)
Ops.Patuh Tinombala Hari Ke-10: Pendekatan Kultural,Humanis, Kearifan Lokal Warnai Penegakan Disiplin Lalu Lintas di Sigi
