Pukul 3 Pagi di Donggala: Kisah Pengungkapan Jalur Narkoba Internasional

  • Whatsapp

PALU-SULTENG, Online News//Di tengah pusaran globalisasi dan perkembangan teknologi, semakin menganga pula celah yang bisa ditembus oleh jaringan kejahatan terorganisir lintas negara. Narkotika, salah satu ancaman paling signifikan terhadap ketahanan nasional, telah menyusup ke pantai-pantai Indonesia melalui jalur-jalur yang tak terpantau. Ketika narkotika berhasil menembus benteng pertahanan negara dan menggerogoti mental dan fisik generasi muda—mereka yang kelak akan menjadi penentu arah bangsa di bidang ekonomi, politik, sosial, dan keamanan—maka sejatinya kita sedang berhadapan dengan ancaman yang mampu melumpuhkan masa depan bangsa secara sistematis dan terstruktur. Polda Sulawesi Tengah kembali mengungkap puluhan kilogram narkotika jenis sabu di Jalan Trans Sulawesi Kelurahan Watusampu, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (21/4/2025) dini hari.

Hal itu diungkapkan Kabidhumas Polda Sulteng Kombes Pol. Djoko Wienartono saat menggelar Konferensi Pers didampingi Dirresnarkoba Kombes Pol. Pribadi Sembiring di Rupatama Polda Sulteng, Selasa (22/4/2025).

Muat Lebih

Di hadapan para jurnalis, Djoko Wienartono menyebut pengungkapan sabu 20 kilogram ini merupakan hasil pengembangan penangkapan 4 kilogram sabu di Watusampu Palu, 8 April 2025 yang lalu.

“Dari keterangan MZ yang merupakan tersangka 4 kilogram sabu, jajaran Ditresnarkoba Polda Sulteng kembali mengungkap sabu sebanyak 20 kilogram dengan tersangka AM (38) warga Silae Palu dan tersangka RO (45) warga Perumnas Balaroa Palu,” jelas Kabidhumas.

20 kilogram sabu ini, kata Kombes Pol. Djoko Wienartono, berasal dari Malaysia yang akan diedarkan di Kota Palu. Sesuai perintah seorang wanita berinisial FT (belum tertangkap) kepada AM, sabu sebanyak 5 kilogram akan diserahkan di jalan Moh. Yamin Palu, sedangkan 15 kilogram belum diketahui akan dibawa kemana.

“Selain sabu 20 kilogram, kepolisian juga menyita 1 unit mobil Mitsubishi Expander, 1 buah HP, 1 lembar karung, dan 2 buah tas untuk menyimpan sabu,” terang Kabidhumas.

Senada, Dirresnarkoba Polda Sulteng Kombes Pol. Pribadi Sembiring menjelaskan kronologi penangkapan dengan nada serius. “Ini bukan operasi kilat. Kami telah melakukan penyelidikan mendalam sejak diungkapnya 4 kilo tersebut. Intelejen kami mendeteksi pergerakan tidak biasa yang mengindikasikan adanya transaksi lanjutan,” ungkapnya dengan tatapan tajam.

“Selama seminggu penuh tim kami berbaur dengan kegelapan di Donggala, menyusuri setiap celah informasi hingga akhirnya terdeteksi akan terjadi transaksi pada dini hari,” ujarnya, menggambarkan suasana operasi yang menegangkan.

Pribadi melanjutkan, “Pukul 3 dini hari, saat kota masih tertidur, mereka bergerak. Dua kelompok—satu dari Palu, satunya dari Donggala—bertemu dalam transaksi singkat di jalanan sepi. Pertukaran barang terjadi dalam hitungan detik,”

Ia menambahkan bahwa meski tidak semua pelaku berhasil diamankan, tim berhasil menangkap pembawa barang yang menuju Palu.

“Mereka bermain seperti bayangan. Namun, mata-mata kami lebih tajam. Kami mengikuti target dengan sangat hati-hati hingga berhasil menjebaknya di Watusampu,” jelasnya, menguraikan strategi pengejaran yang dilakukan.

Ketika ditanya tentang profil para kurir, Sembiring menjelaskan dengan penuh wawasan, “Pola rekrutmennya klasik namun efektif: memanfaatkan kerentanan ekonomi dan kecanduan. Mereka yang awalnya hanya pengguna kecil, secara gradual ditarik ke dalam lingkaran yang lebih dalam hingga menjadi mata rantai penting dalam jaringan distribusi,”
Sembiring menyebut pemilik sabu baik yang 4 kilogram maupun 20 kilogram berasal dari orang yang sama, berinisial AS—figur kunci yang masih dalam pengejaran intensif. “AS merupakan arsitek utama jaringan transnasional yang mengendalikan aliran narkotika dari Malaysia ke Indonesia, khususnya wilayah Sulawesi Tengah,” ungkapnya.
“Yang menarik adalah adaptasi cepat mereka terhadap disrupsi. Ketika tersangka 4 kilo tertangkap, mereka langsung memodifikasi pola operasi. AS mendelegasikan kendali operasional 20 kilo ini kepada istrinya—menunjukkan struktur organisasi yang rapi dan terlatih dalam situasi darurat,” tambahnya, menunjukkan kompleksitas jaringan yang dihadapi.

Sembiring mengungkap, berdasarkan pengakuan MZ, bahwa 4 kilogram sabu yang berhasil disita hanyalah sebagian kecil dari operasi mereka. “Analisis kami menunjukkan sekitar 16 kilogram telah menyebar di teritorial Sulteng, dengan konsentrasi di tiga wilayah utama: Kota Palu, Poso, dan Morowali. Rantai distribusi mereka sangat efisien dan terorganisir,” katanya.

Saat ditanya tentang motif ekonomi para kurir, Sembiring menyatakan, “Mereka mengoperasikan sistem kompensasi yang ambigu—imbalan tidak ditetapkan dengan jelas, hanya janji kabur akan imbalan finansial. Kurir 4 kilo dijanjikan sekitar 5 juta rupiah—nominal yang relatif kecil dibandingkan risiko hukum yang mereka hadapi. Ini menunjukkan eksploitasi terhadap kelompok ekonomi lemah dengan keterampilan minim yang hanya mengandalkan pekerjaan informal.”
“Jaringan ini memiliki koneksi internasional yang solid. Barang-barang yang beredar di sini identik dengan yang beredar di jaringan luar negeri—menunjukkan integrasi vertikal dalam supply chain mereka,” tegas Sembiring.

Ia menambahkan bahwa karakteristik geografis Sulawesi Tengah menjadi faktor yang dieksploitasi secara maksimal oleh jaringan ini. “Garis pantai Sulteng yang membentang panjang menjadi arena sempurna bagi infiltrasi narkotika. Wilayah perairan kita yang luas menawarkan celah-celah yang sulit diawasi secara komprehensif,” ungkapnya.
“Mereka tidak menggunakan jalur-jalur formal seperti pelabuhan utama. Mereka memanfaatkan titik-titik tersembunyi, teluk-teluk kecil, dan lokasi terisolasi yang jauh dari pengawasan—lokasi yang tanpa penyelidikan mendalam hampir mustahil terdeteksi,” tambahnya, menggambarkan modus operandi yang canggih.

Sembiring menguraikan kapabilitas logistik para pengedar. “Jaringan ini mengoperasikan armada yang beragam—mulai dari kapal besar, kapal sedang, hingga speedboat berkecepatan tinggi. Mobilitas dan fleksibilitas mereka luar biasa,” katanya.
“Yang paling mengkhawatirkan adalah kapasitas intelijen mereka. Mereka memiliki jaringan informan yang mengawasi pergerakan aparat. Ketika kita berpatroli, mereka mengetahuinya. Terjadi perang intelijen yang intensif dan dinamis di wilayah perairan kita,” tambahnya.

Sembiring juga mengungkap pola distribusi yang lebih luas. “Data-data operasional kami menunjukkan jaringan ini menjadikan Palu sebagai hub sentral. Ketika aparat di Gorontalo dan Sulawesi Utara mengungkap jaringan narkotika di sana, selalu ada jejak yang mengarah ke Palu. Palu telah menjadi episentrum yang mendistribusikan racun ini hingga ke Gorontalo dan Manado,” jelasnya.

Upaya pencegahan penyelundupan sabu terus dilakukan oleh Polda Sulteng melalui kerjasama multi-institusional. Kepolisian terus mengembangkan kapabilitas pengawasan dan penindakan yang lebih canggih untuk menghadapi adaptabilitas jaringan narkotika yang semakin kompleks.

Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah telah menegaskan komitmennya untuk memberantas hingga ke akar-akarnya jaringan narkotika di wilayah ini. Mereka menyatakan tidak akan pernah mundur selangkahpun dalam upaya pengejaran terhadap pengedar dan bandar narkoba. Setiap gram narkotika yang diamankan dianggap sebagai manifestasi nyata dari sumpah kepolisian untuk melindungi masyarakat.

Meski seringkali institusi kepolisian dihadapkan pada berbagai stigma negatif dan kritik tajam, pengungkapan kasus-kasus besar seperti ini membuktikan bahwa mereka bekerja tanpa kenal lelah demi keselamatan dan masa depan masyarakat Sulawesi Tengah. Prestasi ini menjadi bukti konkret komitmen kepolisian terhadap mandat konstitusional untuk melindungi setiap jengkal tanah air dari ancaman narkotika.
Pesan tegas juga disampaikan kepada para pengedar bahwa tidak ada tempat untuk bersembunyi di Sulawesi Tengah. Kepolisian akan terus memburu mereka, bahkan hingga ke sudut tergelap.

(Penulis:Rif)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *