Miris…. Agen BRILink Kusayang, Agen BRIlink Kubuang

  • Whatsapp

BOJONEGORO, JATIM – onlinenews id//Nasib lebih miris dialami oleh DW, agen BRILink yang sekitar 4 (empat) tahun yang lalu mengalami kejadian serupa.

Dia adalah agen BRILink pioner dan bahkan mungkin agen angkatan pertama di kecamatan Trucuk serta satu-satunya yang dulu ada di Desa Pagerwesi, yang masuk kedalam 500 agen pertama di BRI Cabang Bojonegoro.

Muat Lebih

Menurut pengakuan yang di terima awak media, di beberapa hari terakhirnya menjadi agen DW dikerjain habis-habisan padahal dia pernah membukukan transaksi yang signifikan yakni seribu (1000) transaksi dalam satu bulan, tetapi entah mengapa justru potensi itulah yang pada akhirnya mengubur usaha dan mimpinya.

“pagi-pagi banyak transaksi tetapi non-aktif, siang mengaktifkan ke kantor cabang beberapa jam non aktif lagi. Ini berulang dan terus menerus, hingga saya lelah dan menyerah”. Ucap DW penuh emosi mengingat hari-hari itu (10/10/2024).

Dugaan DW bahwa dia dipermainkan bukan tanpa alasan, saat itu ada dua (2) agen baru dimana salah-satunya justru bersebelahan rumah padahal menurut yang dia ketahui salah satu prasyarat agen baru harus berjarak (yang awalnya dikatakan oleh oknum BRI harus 2000 meter dan ada yang bilang 500 meter, entah mana yang benar).

Kedatangan AD, AM dan KF kerumah DY (10/10/2024) untuk melakukan konfirmasi dan koordinasi, tidak berjalan sesuai harapan mereka. Tanpa mereka duga terutama bagi AD, kehadiran DW membuat semua permasalahan menjadi terbuka dan terang benderang bahkan melebar hingga kejadian beberapa tahun yang lalu.

Serupa tetapi tak sama, jika dulu korbannya adalah DW kini yang menjadi korban adalah DY, yang unik justru status DW yang masih mempunyai hubungan keluarga dengan AD. Meski obrolan berlangsung panas namun pada akhirnya pengakuan dari AD dan AM membuat keadaan kembali kondusif, kecuali bagi DW yang tetap penasaran mengenai siapa dan mengapa user IDnya dinonaktifkan.

“orang tua DY adalah saudara kami di PGN, otomatis DY adalah keluarga besar dan saudari kami. Jika saudara-saudari kami di dzolimi, pantang bagi kami untuk mundur!” ungkap D selaku senopati PGN yang enggan disebutkan namanya.

Perihal langkah yang akan diambil, semua tergantung dari DY dan keluarganya, terutama mengenai permintaan maaf dari oknum yang bersangkutan dan perseroan yang katanya sudah dibuatkan, namun hingga berita ini diturunkan keluarga DY belum menerima surat permohonan maaf tersebut.

“kalau sekedar maaf itu tidak masalah, tapi DY ini korban kedua kalinya disini (Pagerwesi), jujur saya tidak yakin ini yang terakhir, sikapnya saja seolah orang yang tidak bersalah, apakah permintaan maafnya tulus atau hanya formalitas, apakah bisa dimaafkan, apa harus kami maafkan? Ungkap salah satu keluarga DY sambil menghela nafas panjang. (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *