Paguyuban Nusantara Menggelar Aksi Teatrikal Hidung Pinokio, Bentuk Kekecewaan Kepada Pemerintah Pasca Pemilu Presiden

  • Whatsapp

YOGYAKARTA, onlinenews.id Paguyuban Nusantara melakukan aksi demo teatrikal bentuk protes kepada pemerintah pusat, terkait banyaknya kejadian-kejadian yang luar biasa dalam hal pemilu presiden, pada hari sabtu.9/03/2024 sore.

Aksi demo dilakukan dari Tugu pal putih dan berjalan beriringan sambil membaca mantra larung hingga berahkir di atas jembatan kali Code.

Muat Lebih

Koordinator aksi (Bayu Malam) menerangkan bahwa aksi teatrikal tersebut merespon situasi Negara yang saat ini sedang di pertontonkan oleh Pemerintah pusat, bahwa banyak sekali kejadian – kejadian luar biasa dalam hal acara pemilu Presiden yang pada saat ini banyak kecurangan, kebohongan sebuah intimidasi kepada masyarakat, hal – hal yang berkaitan dengan kecongkakan kesombongan di pertontonkan dengan sanggat luar biasa kepada masyarakat.

“Aksi ini kita simbolisasikan dengan sebuah hidung Pinokio, dimana Pinokio ini adalah sebuah simbol kebohongan maka kami melakukan larung buang sengkolo untuk membuang kebohongan itu dan sifat sifat negatif jahat yang di pertontonkan oleh penguasa kepada masyarakat terutama di Indonesia”, jelas Bayu.

Lebih lanjut Bayu Malam menambahkan, mantra larung sengkolo berisi doa doa dalam bahasa Jawa dalam bentuk sansekerta Jawa kuno dan seterusnya ada Ho no co ro ko dan seterusnya, tolak bala dalam hal ini semoga bangsa Indonesia ini akan selamat dari marabahaya hingga lima tahun kedepan.

Hanya ini yang bisa kami sampaikan kepada pemerintah terutama, semoga manjadi pemerintahan yang bersih adil mempunyai jiwa kesatria berani menunjukan hal hal yang sangat positif kepada masyarakat tentu saja dalam upaya pemulihan pasca Pemilu ini akan menjadi lebih baik dan tidak lagi mempertontonkan hal hal yang bisa membuat masyarakat menjadi kecewa.

Selain itu Bayu Malam menyampaikan tidak menutup kemungkinan aksi aksi seperti ini akan kembali di gelar di bulan romadhon.

“Kita tidak akan menodai kesucian dibulan romadhon, jika hal hal seperti ini di identikan menjadi pro kontra sehinga kami membuat acaranya sebelum bulan romadhon, karna kalo romadhon acaranya akan kami buat beda, kita lebih religius dengan doa doa atau hal hal yang bersifat keagamaan. bisa jadi kita juga akan melarung suatu saat acara di laut selatan di Parang Kusumo atau di Parang Tritis, untuk simpelnya kita bikin acaranya yang cukup simpel saja karena tidak perlu banyak yang penting simbolisasi ini bisa menjadi pesan moral buat siapa saja”, tutup Bayu Malam.

Red/Yanto

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *