JUTAAN PANDAN BERDURI SEDANG DITANAM DI BUMI

  • Whatsapp

INI zaman apa tidak sempat para ahli menamainya. Mau sebut zaman ini zaman edan pasti tidak tepat karena yang bisa edan itu hanya manusia, sapi atau kerbau.

Salah satu ciri zaman ini cukup jelas. Manusia begitu percaya diri sehingga dia berani ‘mengajari’ Tuhan dalam menata alam.

Muat Lebih

Tidak hanya mengajari, bahkan sekelompok manusia berani menuduh bahwa Tuhan itu tidak mahir dalam memelihara pantai.

Dengan pongah manusia menyatakan, mosok pandan berduri ditanam di bibir laut, dibiarkan tumbuh meliar. Untuk apa, ucap manusia semakin sombong.

Pandan laut pun dibabat tanpa sisa diganti dengan bangunan megah untuk keperluan pariwisata. Menurut mereka, itu menjadi bermanfaat karena bisa menggerakkan roda perekonomian.

Melihat kelancangan manusia, Tuhan tidak bergeming. Sang Pencipta tetap duduk di AtasNya. Sepertinya Tuhan mengalah.

Sampai waktunya, di luar kesadaran manusia, pantai bisa dibuat keropos seperti kerupuk Patahan sesar di bawah tebing diperintah bergeser satu meter saja mata manusia akan terbelalak.

Bukan balas dendam. Tuhan menunjukkan kemahakuasaanNya. Meluluhlantakkan bangunan tidak perlu waktu berhari-hari sebagaimana manusia merusak pandan laut.

Manusia memang punya tabiat sangat khas. Di Al-Isra’ 83 Tuhan menunjukkan, Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa.

Keputusasaan manusia tambah kongkrit, ketika diuji dengan Covid-19, mereka ramai-ramai berkampanye untuk melawannya.

Ini zaman apa, kok manusia tidak sadar, bahwa Covid-19 itu adalah pandan berduri yang sedang ditanam di area darat. (Bambang Wahyu Widayadi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *