GUNUNGKIDUL-Meski sebelumnya sempat terabaikan perpustakaan “Balai Pintar” Kalurahan Pengkol, Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul saat ini kembali difungsikan dan berhasil masuk Standar Nasional Perpustakaan (SNP).
Sekilas gamaran kondisi Balai Pintar. Di Komplek tersebut tampak gazebo kayu yang dapat dipergunakan bersantai. Berlatar perbukitan hijau nan sejuk, membuat pengunjung betah serta tergerak untuk menarik buku di atas rak almari untuk dibaca.
Sementara di bagian dalam, rak-rak penuh buku tampak tertata dengan rapi. Suasana yang tenang pun semakin mendukung untuk membaca baca buku.
Diketahui sebelumnya, Perpustakaan Desa (Perpusdes) Kalurahan Pengkol tersebut sempat terabaikan, bahkan terkesan tidak layak.
“Dulu itu bukunya sedikit dan berserakan, sampai banyak sawangnya,” ungkap Dewi Rahayu, salah satu pengelola Balai Pintar pada Selasa, (27/10/2020) siang.
Perpusdes tersebut, diungkapkan Dewi, berdiri sejak 2014. Namun, Dewi menyebut, aktivitasnya sempat vakum lantaran pengelola tidak memiliki latar belakang di bidangnya.
Napas kehidupan baru, lebih lanjut dijelaskan Dewi, datang lagi di tahun 2017. Pasca, ia bersama pengelola lain mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) Kabupaten Gunungkidul. Hingga keinginan untuk menghidupkan perpustakaan pun kembali muncul.
Secara swadaya, mereka berupaya terus menambah koleksi buku. Tahun 2015, dikatakan Dewi, baru ada sekitar 500-600 judul, namun kini Perpusdes Pengkol telah memiliki lebih dari 5 ribu judul buku.
“Kami pun perbanyak kegiatan yang bisa melibatkan masyarakat, agar mereka tertarik datang ke perpustakaan,” jelas Dewi.
Upaya keras mereka membuahkan hasil. Belum lama ini, Balai Pintar berhasil meraih juara 3 tingkat nasional mewakili DIY.
Ia bersama 12 anggota pengelola tak menyangka akan mendapatkan prestasi setinggi itu. Dewi pun mengingat betapa sulitnya dulu menarik warga agar mau datang ke perpustakaan.
Awalnya, hanya 3-4 orang yang datang mengikuti kegiatan. Namun saat ini jumlah pesertanya sudah mencapai 40 orang, sebagian besar anak-anak.
“Kami pun rutin berkeliling tiap bulan ke 10 pedukuhan di Kalurahan Pengkol, di mana tiap pedukuhan ada Pojok Baca,” katanya.
Pasca mendapat prestasi tersebut, Dewi mengaku, pengelola perpustakaan lain di Gunungkidul langsung menghubunginya. Mereka menyatakan tertarik untuk belajar menerapkan model serupa.
Bisa dikatakan, Dewi berujar, bahwa Perpusdes Pengkol jadi panutan dan percontohan bagi perpustakaan lain untuk berinovasi dalam mengembangkan minat baca. Namun demikian, Dewi bersama rekan-rekan tak ingin berpuas diri.
“Intinya kami masih sama-sama belajar, untuk bisa saling mengembangkan satu sama lain,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) Kabupaten Gunungkidul Ali Ridlo menganggap, prestasi yang didapat Perpusdes Pengkol sebanding dengan kerja keras yang dilakukan.
Sebab, menurut Ali, selama proses penilaian dilakukan, timnya harus berupaya keras dalam hal mencarikan donasi buku untuk perpustakaan tersebut.
Selain inovasi, ditegaskan Ali, syarat lain dalam lomba tersebut adalah jumlah buku.
“Minimal sebanyak 5 ribu judul buku. Saya sendiri ikut mendonasikan sebanyak 50 buku, termasuk berkoordinasi dengan berbagai instansi,” kata Ali.
Senada dengan Dewi, ia pun tak menyangka Balai Pintar bisa meraih prestasi. Sebab Kalurahan Pengkol sendiri, menurutnya, tergolong desa kecil. Namun, ia berujar, saat ini Perpusdes itu sudah mendapat akreditasi A Standar Nasional Perpustakaan (SNP).
Ali berharap, dana pembinaan yang didapat dari lomba tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, ia ingin ada perpusdes lain dari Kabupaten Gunungkidul yang dapat mencontoh prestasi Balai Pintar.
“Perpusdes Pengkol ini sudah bisa jadi benchmark (tolak ukur) bagi perpusdes lainnya di Gunungkidul,” pungkasnya. (Hery)