Gunungkidul – Sekitar 25 anggota Kelompok Tani Sri Makmur mengikuti Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional yang diadakan kembali oleh Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG pada Rabu, (19/08/2020) di Balai Pedukuhan Wirik, Kalurahan Umbulrejo, Kapanewon Ponjong secara tatap muka dengan memperhatikan aturan protokol kesehatan untuk memutus rantai Covid-19,
Acara tersebut dihadiri oleh Kepala BMKG Jakarta Prof. Ir. Dwikorita Karnawati M.Sc., Ph.D, Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta Reni Kraningtyas, M.Si., Kepala Dinas Pertanian Gunungkidul Ir.Bambang Wisnu Broto, Panewu Ponjong diwakili Panewu Anom Akirno,S.Sos., M.S, Lurah Umbulrejo Wakimin , Dukuh Silingi Wagiyo, Dukuh Wirik Pardiman, Kapolsek Ponjong Kompol. Sudono, S H, dan Danramil Ponjong Kapt.CHB Timotius Subanu.
Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional merupakan program rutin BMKG yang ditujukan pada petani untuk memperluas pengetahuan terkait kondisi iklim di wilayah mereka.
“Begitu memiliki pengetahuan soal iklim, petani bisa menentukan kapan waktu memulai masa tanam hingga jenis pangan yang tepat untuk ditanam, sesuai kondisi iklimnya,” kata Kepala Stasium Klimatologi (Stalkim) BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas pada Rabu, (20/08/2020) sore.
Sementara itu, Kepala BMKG Jakarta Prof. Ir. Dwikorita Karnawati M.Sc., Ph.D mengatakan, BMKG melalui program rutin Sekolah Lapang Iklim (SLI), bertujuan sebagai pemberdaya atau memberi pemahaman khususnya para petani di Kabupaten Gunungkidul, terkait cuaca dan iklim. Diharapkan petani dapat memanfaatkan informasi kondisi cuaca dan iklim tersebut untuk menentukan jenis bibit, pola tanam dan masa tanam serta masa panen.
“Jadi jangan sampai panen pada waktu yang tidak tepat, bukan hanya juga karena cuaca dan iklim, tapi harga pasaran saat sedang turun, tentu pastinya ada harga beras di pasaran mengalami penurunan, itu harus di perhatikan para petani, jadi petani bisa melihat kapan waktu yang tepat untuk panen dan nilai ekonominya menjadi lebih meningkat, sehingga percepatan pemulihan ekonomi di masa pandemi seperti ini para petani bisa dipulihkan,” katanya seusai melakukan tebar pupuk padi di sawah.
Ia mengatakan, sasaran utama adalah para petani padi ataupun holtikultura, tembakau juga bawang, yang memang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu, SLI juga bermanfaat bagi nelayan, meski demikian pihaknya belum melakukan di wilayah Gunungkidul.
“Sementara kita di Kabupaten Gunungkidul akan melakukan SLI terhadap petani terlebih dahulu,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengatakan, iklim yang tak menentu merupakan kendala bagi petani di Kabupaten Gunungkidul.
“Kalau benih, pupuk, air, dan tanah bisa diatur. Yang sulit itu mengatur kondisi cuacanya,” kata Bambang.
Bambang menambahkan, Ia mendukung penuh kegiatan pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) lantaran petani mendapat pembekalan informasi mengenai cuaca, sehingga bisa menentukan masa tanam yang tepat serta jenis pangan yang bisa ditanam.
“Saya berharap petani Gunungkidul terus didampingi dengan cara SLI ini, kalau tidak nanti akan terulang kembali gagal panen, mudah-mudahan dengan iklim cuaca dapat dipahami oleh para petani, agar pada masa panen nanti nilai ekonomi bisa melimpah,” ucapnya.
Bambang menyebut luas area persawahan di Kabupaten Gunungkidul mencapai 7.815 hektare dan 4.963 hektare merupakan lahan persawahan dengan jenis padi Gogo.
“Lahan persawahan Padi Gogo perlu menjadi perhatian dalam hal pengetahuan soal iklim. Sebab lahan ini berada di wilayah yang sulit air untuk irigasi,” pungkasnya. (Hery)