CORONA TIDAK TAKUT  PADA TERIAKAN DAN KEPALAN TANGAN

  • Whatsapp

DI dalam Konstitusi  Alam, kata penyakit (Corona termasuk rumpun penyakit) disebut sebanyak sembilanbelas kali, tetapi hanya sedikit umat manusia yang mau mendengarkannya.

Sebagian di antara mereka menganggap, Corona (penyakit)  gentayangan berada di luar diri manusia.

Muat Lebih

Mereka tidak segera menyadari, bahwa Covid-19 itu berasal dari ulu hati. Corona merupakan akibat, bukan sebab.

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu, dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” demikian kebenaran yang tertulis dalam  Al-Baqarah-10.

Corona berada di luar, karena ulu hati manusia tidak muat, atau tidak kuat menahannya.

Kepedihan yang dirasakan dunia saat ini menjelma dalam bentuk kebingungan yang luar biasa.

Coba belajar sedikit kepada Ibrahim Alaihissalam

Dalam diskusi terbatas Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan.”

Kemudian jajaran para pendusta mendebat, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.”

Ibrahim membalas,” Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.

Maka ketika itu bingunglah orang-orang sesat itu, karena Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka.

Kebingungan memuncak sedemikian nyata, ketika anjuran mengunci diri diserukan, sementara para penyeru malah  tetap berada di luar rumah dengan alasan bertugas sebagai pengaman yang mengusir Corona dengan byclean.

Meraka salah? Tidak. Karena mereka mencoba mengejar Corona yang telah terlanjur keluar dari ulu hati manusia.

Berdiam diri di dalam rumah alias lockdown pernah dianjurkan ratusan tahun silam.

‘Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya,” demikian seruan

Al-Ahzab 33: Ayat 33.

Perintah itu ditujukan kepada Ahlul-Bait (orang rumah/keluarga). Dalam tradisi Islam istilah itu mengarah kepada keluarga Nabi Muhammad SAW.

Menjadi relevan perintah tersebut untuk kondisi dan situasi mengganasnya Covid-19.

Siapa yang berani memberi jaminan, bahwa para pemburu Corona dengan tangki di punggungnya itu kebal terhadap Covid-19. Tidak ada.

Tetapi dalam situasi chaos, masih ada dagelan. Warga  desa hajatan dihentikan, orang kota  mantu malah bebas dibebaskan menyebar undangan.

Siapa sejatinya yang sanggup menghentikan keganasan Corona?

Jawabanya simpel, Pemilik. Ya, hanya Sang Pemilik Corona itulah yang sanggup menghentikannya.

Masih ada sinyal dan setitik  harapan, karena umat manusia diberi kesempatan berusaha untuk menjinakkan keganasan Corona melalui ijinNya. Siapa mereka? Titik ini akan menjadi tulisan yang dibedah tersendiri.

Berupaya sajalah  dengan rendah hati, tidak perlu teriak-teriak, apalagi mengepalkan jari.

Corona tidak takut dengan kepalan tangan, meski jumlahnya jutaan, atau trilyunan.

Bambang Wahyu Widayadi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *