GUNUNGKIDUL – OnlineNews | Sapi milik Suharno warga Siraman 1, Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, mati mendadak Sabtu (25/01/2020) malam.
Peristiwa tersebut menambah daftar panjang rentetan kasus sapi mati mendadak di Kabupaten Gunungkidul karena dugaan terjangkit virus antraks.
Suharno menyampaikan, sebelum ditemukan mati, sapinya baru saja dibeli dengan harga 12 juta di Pasar Hewan Siyono Harjo, Jum’at (24/01/2020) kemarin.
“Saat dibeli sapi nampak baik-baik saja, namun sampai di rumah kondisinya melemah, bahkan sapi tidak mau makan dan hanya minum saja,” terangnya.
Suharno menceritakan, sapi terkadang hanya duduk, tidak mau berdiri. Sebelumnya, hewan ternaknya sudah dipanggilkan Puskeswan untuk dilakukan penyuntikan, namun akhirnya sapi tersebut mati.
“Sapi saya beli dari pedagang, warga Pulegundes, Desa Tepus. Tidak tau kenapa sampai di rumah malah lemas terus mati, untuk luka saya tidak memperhatikan jelas, namun memang ada beberapa luka berdarah di bagian kaki,” katanya.
Di tempat lain, sapi mati mendadak terjadi di Padukuhan Sumberejo, RT 03/RW 01, Desa Nglipar, Kecamatan Nglipar.
Sapi Metal berjenis kelamin betina berumur sekitar 7 tahun, milik seorang Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang dipelihara oleh Kardi mati pukul 07.00 WIB pagi tadi.
“Tidak ada tanda-tanda sebelumnya, tadi pagi saya kasih makan, saya tinggal k edalam rumah tiba-tiba ada suara seperti benturan, ternyata sapinya roboh tergeletak, selang beberapa menit langsung mati,” jelasnya.
Terpisah Kepala UPT Puskesmas Nglipar, Siswo SPT menyampaikan, sapi yang mati mendadak tidak semuanya postif terjangkit antraks.
Untuk itu, masyarakat dihimbau agar tidak terlalu khawatir, namun jika ditemukan sapi mati, segera melaporkan kepada dinas terkait dan tidak menyentuhnya sebelum petugas datang.
“Hari ini, sapi yang dilaporkan mati telah diambil simple darahnya untuk dibawa ke lab. Setelah itu sapi langsung dikuburkan,” kata Siswo. (hr)