GUNUNGKIDUL | Manusia bergerak di dalam dimensi waktu: kemarin, kini dan esok. Diingatkan secara tegas, bahwa demi masa, sungguhnya manusia berada dalam kerugian. Seluruh manusia merugi? Ternyata tidak.
Ada kekecualian, bahwa orang-orang beriman, orang yang mengerjakan kebajikan, orang yang saling menasehati untuk kebenaran, serta saling menasehati untuk kesabaran, adalah tergolong sebagai orang yang beruntung.
Sisi lain, orang-orang yang beruntung itu adalah mereka yang menempuh jalan saling mengenal, bukan saling menguasai.
Yang tekun mengejar keberuntungan tidak lebih dari 1/3 dari populasi gelas susu sebagaimana simbolisme yang ditunjukkan Rasulullah. Terlalu sedikit. Sebagian besar, sebut itu 2/3 dari populasi manusia merugi, karena memandang, bahwa hidup itu untuk materi.
Mengejar materi tidak dilarang, bahkan dinasehatkan, bebas mencari sebanyak-banyaknya untuk bekal seperti mau hidup seribu tahun. Sementara, di tengah suntuknya mengumpulan materi, harus diimbangi dengan berserah rohani, berbuat banyak kebajikan, seolah akan mati esok pagi.
Hamba memohon keuntungan dunia, juga keuntungan akherat adalah doa keseimbangan yang tiada putus, keluar dari mulut manusia Indonesia, di tengah penjajahan yang bernama globalisasi.